Minggu, 13 Juni 2010

BAGAIMANA MENUJU KESEMPURNAAN

Kesempurnaan adalah tujuan semua orang, namun untuk mencapainya betul-betul sangat sulit. kesempurnaan ada hanya dimiliki oleh sang maha pencipta. bagaimana kita menuju kesempurnaan tersebut. Tuhan tidak memberi pasangan sempurna, karena kamu pun tidak sempurna. Tuhan memberi pasangan yang membuatmu bertumbuh dan belajar bersama menuju kesempurnaan.

Seringkali kita lebih banyak menuntut orang lain, padahal kita pun memiliki banyak kekurangan. Untuk itu hal yang terbaik adalah saling mengoreksi diri, belajar bersama, dan tumbuh menjadi lebih baik untuk kita semua.

Sebagai mahluk sosial, tentu saja kita tidak boleh egois, tetapi mau saling membantu dengan orang lain, terutama dengan pasangan hidup kita sendiri. Ingat manusia tidak ada yang sempurna, sehingga kita tidak dapat menuntut orang lain menjadi sempurna padahal diri kita sendiri pun tidak sempurna.

Di sisi lain kita tidak dapat menuntut terlalu banyak pada orang lain, tetapi tunjukkanlah bahwa diri kita sendiri dapat terus menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Tuhan memberikan pasangan yang tidak sempurna bukan untuk diperbudak, tetapi untuk dijadikan sebagai rekan untuk bertumbuh dan belajar bersama. Amin ...

Jumat, 04 Juni 2010

CARA MENGATASI KEMARAHAN PADA ANAK


Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa anda memarahinya dengan kasar, menurut Dr.Victor Pashi, anda dapat menekan amarah tersebut dengan memandikannya menggunakan air dingin atau menyelimutinya dengan kain lembab atau basah.

Lebih dari itu, Jaudah Muhammad Awwad, dalam Mendidik Anak Secara Islam, mengungkapkan bahwa pada anak, faktor pemicu kemarahan lebih berkisar pada pembatasan gerak, beban yang terlalu berat dan di luar kemampuan anak, penjauahan anak dari sesuatu yang disukainya, atau pemaksaan kepada anak untuk mengikuti tradisi atau sistem yang ditetapkan.

Oleh sebab itu, Jaudah menyarankan ada beberapa hal yang patut kita perhatikan dalam mengatasi kemarahan yang timbul pada anak-anak kita, diantaranya adalah:

1.Tidak membebani anak dengan tugas yang melebihi kemampuannya. Kalaupun tugas itu banyak atau pekerjaan yang diluar kemampuannya itu harus diberikan, kita harus memberikannya secara bertahap dan berupaya agar anak menerimanya dengan senang.

2. Ciptakan ketenangan anak karena emosi yang dipancarkan anggota keluarga, terutama ayah dan ibu, akan terpancar juga dalam jiwa anak-anak.

3. Hindarkan kekerasan dan pukulan dalam mengatasi kemarahan anak karena itu akan membentuk anak menjadi keras dan cenderung bermusuhan.

4. Gunakan cara-cara persuasif, lembut, kasih-sayang, dan pemberian hadiah.

5. Ketika anak kita dalam keadaan marah, bimbinglah tangannya menuju tempat wudhu dan ajaklah dia berwudhu atau mencuci mukanya. Jika dia marah sambil berdiri, bimbinglah agar dia mau duduk.

Sementara itu upaya pengendalian marah dalam hubungan suami-istri, sebenarnya lebih ditekankan pada bagaimana mengendalikan ego masing-masing. Kunci utamanya adalah berusaha dengan membangun terciptanya iklim keterbukaan dan kasih sayang di antara keduanya. Begitu pula halnya dengan anggota keluarga lainnya, seperti dengan anak-anak.

Cara menyiasatinya tidak lain, ketika salah satu pihak (terpaksa) marah, maka hendaknya pihak lainnya harus mampu untuk menggekang keinginan membalas kemarahannya. Sikap kita lebih baik diam. Karena diam ketika suasana marah merupakan upaya yang efektif dalam mengendalikan marah agar keburukannya tidak menyebar ke lingkungan sekitarnya.

Akhirnya, ketika seseorang tidak dapat berpikir sehat akibat marah, maka sebaiknya orang tersebut tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan disesalinya kemudian. Sebagai alat untuk menekan marah dan menghindarkan akibat-akibatnya, Imam Ali as telah memerintahkan agar kita bersabar. Wallahu’alam.***